Bahayanya James Riady, Owner Lippo Group


Bahayanya James Riady, Owner Lippo Group - James Riady adalah Putra dari Muchtar Riady, Eks. Dirut Bank BCA milik Liem Sioe Liong (Sudono Salim, orang terkaya di Indonesia), punya reputasi buruk. Sama seperti ayahnya, Mochtar Riady yang dibina oleh Liem Sioe Liong, James Riady dibina Antony Salim (anak tertua Liem Sioe Liong). James Riady saat ini mengelola kerajaan bisnisnya Lippo Grup yg diwariskan ayahnya. Terdiri berbagai jenis usaha : bank, property, media dll. Lippo Grup didirikan Muctar Riady selepas muchtar berhenti sebagai Dirut Bank BCA. Lippo Grup kemudian tumbuh berkembang jadi konglomerasiNamun, berbeda dgn ayahnya, James Riady dlm memimpin Lippo Grup terkenal dgn reputasi buruknya, Kriminal, Curang, dan Kerap Langgar hukum. Pelanggaran hukum itu dilakukan James Riady di Indonesia dan di AS, Seperti James Riady memalsukan laporan keuangan Bank Lippo yg menggoncang pasar modal RI dan timbulkan krisis kepercayaan investor asing.

Bank Lippo terlibat penerbitan laporan keuangan ganda yg melanggar UU tentang Bank Indonesia Pasal 49 dan diancam 10 tahun penjara. BI dan Bapepam Departemen Keuangan menyelidiki kasus penggandaan laporan keuangan Departemen Keuangan tsb untuk mengetahui pelanggaran2 UU dan kerugian keuangan negara. Sesuai Laporan Keuangan per 30 Sept 2002 yg disampaikan ke publik pada 28 Nov 2002 total aktiva Bank Lippo Rp 24 triliun. Laba bersih Rp 98 miliar.

Namun dalam laporan ke BEJ pada 27 Des 2002 total aktiva berubah jadi Rp 22.8 triliun (turun Rp 1,2 triliun) dan rugi Rp1.3 triliunPerbedaan Lapkeu Lippo Bank itu menimbulkan kegemparan. Ditemukan adanya penurunan aset yang diambil alih (AYDA) dari Rp 2.4 triliun. Penurunan aset yang diambil alih (AYDA) dari Rp 2.4 triliun menjadi Rp. 1.4 triliun. Akibatnya Capital Adequacy Ratio (CAR) anjlok.

CAR Bank Lippo anjlok dari 24.77% menjadi 4.23%. Penyebabnya : Manipulasi oleh manajemen Bank Lippo. CAR anjlok disebabkan karena agunan yang dijadikan aset berasal dari kelompok Lippo : PT Bukit Sentul Tbk, PT Lippo Karawaci Tbk, PT Lippo Cikarang Tbk, PT Lippo Securities Tbk, PT Hotel Prapatan Tbk, dan PT Panin Insurance Tbk, dan seterusnya. Audit BI terhadap Bank Lippo juga melanggar di pasar modal berupa perdagangan memanfaatkan informasi dari orang dalam (insider trading).

Bank Lippo juga melanggar peraturan/ UU terkait penunjukan komisaris Independen yg tdk sesuai keputusan BEJ (Bursa Efek Jakarta). Bank Lippo jg dinyatakan melanggar AD/RT Perseroaan dan prinsip Good Corporate Governance (GCG). Bank Lippo dirampok pemiliknya sendiri. Perilaku merampok bank sendiri itu bukan yg pertama dilakukan James Riady. Sebelumnya, pada 1990 terjadi di Little Rock, Arkansas, AS. Pihak Pemeriksa Bank AS menemukan 900 transaksi wire transfer mencurigakan oleh Lippo Bank, Little Rock, Arkansas. Auditor menemukan lebih 900 wire transfer senilai $ 7 juta ke rekening di Bank Cina HongKong, yg dimiliki oleh Lippo & China Resources. Semua transfer dipesan atas nama palsu dan disetujui oleh hny seorang supervisor. Tidak ada pejabat bank berwenang yg mengaku mengetahui.

Pihak Regulator perbankan AS sdh beri saran agar bank tersebut ditutup, namun James Riady tetap bertahan dgn menambah modal US$ 26 juta. Roy Tirtadji, managing director grup Lippo mengatakan dlm sebuah wawancara bahwa Lippo Bank merugi karena mengabaikan banyak prinsip. Belakangan penyidik kongres mengetahui bahwa Bank Lippo (d/h California Bank) tsb tetap dipertahankan karena ada tujuan tersembunyi. Pendirian Bank tsb hanya strategi James Riady untuk bermain di panggung politik AS. Menempel Clinton yg terpilih jadi presiden pada 1992.

Jauh sebelumnya, Mochtar Riady memutuskan beli Bank Stephen Inc pada 1970-an, perbankan perumahan yg berbasis di Little Rock, Arkansas. Lalu Mochtar juga membeli kepemilikan Worthen Bank dan menjadikan James Riady (28 tahun) sebagai Worthen's Co-President. James Riady punya ketertarikan khusus pada orang2 penting di kalangan politisi. James selalu cari kesempatan bertemu Gubernur Clinton. Bahkan Ketika Clinton bepergian ke Hong Kong ( 1985) James Riady mengatur pelayaran dari Hong Kong, dinner, shopping dan pesta koktail.

Ketika Bill Clinton terpilih menjadi Presiden pada tahun 1992, ayah James, Mochtar Riady terbang ke Little Rock, Arkansas, AS. Mochtar datang khusus beri selamat kpd Hillary Clinton yg menerima penghargaan "Arkansan of the Year". Dia sumbangkan $50.000 untuk Hilary. Pada awal 1993 James Riady menempel ketat Grobmyer, teman karib Clinton. James juga ikut menemani Grobmyer beberapa kali ke Gedung Putih. Pejabat lain yg ditempel ketat James Riady adalah Pembantu Presiden, Middleton yang selalu mengajaknya ketemu Presiden Clinton. Dalam mendekati dan melobi Clinton dan pejabat2 tinggi AS, James Riady dibantu John Huang, eksekutif Lippo Bank. Kemudian Huang berhasil ditempatkan James Riady sebagai pejabat tinggi/ Deputy Menteri Perdagangan AS.

Pada Sept 1995, seusai pertemuan khusus James Riady dengan Clinton dan James Riady di Oval Office, White House, Huang pindah ke DNC. Di DNC atau Komite Nasional Partai Demokrat, Huang punya tugas khusus sebagai Fund Raiser alias pengumpul uang sumbangan Partai Demokrat. Dalam menanam pengaruhnya ke Clinton dan Gedung Putih, James juga menggandeng mantan asisten Presiden Jimmy Carter, Vernon Weaver. Sedangkan John Huang mantan eksekutif Lippo Grup tetap berperan sebagai tangan kanan James Riady dan disusupkan ke Gedung Putih.

Sementara itu, ketika Senator Al Gore kunjungi Asia 1989, sdh selalu disertai John Huang yg dibayar organisasi Buddha, Fo Kwang Shan. Dan pada thn 1991, sebuah entitas yang dikenal CIA sebagai samaran intelejen militer Cina membeli saham di Bank Cina Lippo di HongKong. Badan-badan intelijen AS ( NSA, CIA dll) sejak awal mengenali China Resources Co adalah sebuah entitas samaran intelijen militer Cina.

Pada Agustus 1992, James Riady terbang dari Indonesia ke Los Angeles untuk ambil bagian dalam acara penggalangan dana untuk Clinton. Penyidik FBI membuktikan bhw James Riady sewa limusin berdua dgn Clinton, menyerahkan US$ 100.000 dan menjanjikan tambahan US$ 1 juta.  Namun, penyidik FBI hnya bisa membuktikan sumbangan gelap/illegal Riady dan Huang ke Clinton sebesar US$ 700.000 untuk kampanye Clinton. Sumbangan ilegal James Riady dan John Huang ke Clinton itu diberikan melalui para karyawan Grup Lippo dan anak perusahaannya”.


Related : Bahayanya James Riady, Owner Lippo Group